Sabtu, 04 April 2015

Damai Pak Polisi (Cerita Lucu Asal Bima)




Selasa 17 februari yang lalu, ada temanku yang bernama viktor (nama samaran) dia sangat bangga di panggil dengan nama itu padahal viktor
yang kita artike adalah Vikiran Kotor namun dia tidak mengetahui arti namanya itu sampai saat ini, hari itu dia ingin pergi jalan-jalan ke kota untuk menemui pacarnya disana, dia mengajak salah satu temannya yang bernama febi dan mereka pun pergi ke kota dengan modal 20 ribu rupiah, dia pergi dengan mengendarai motor yang baru dibelinya 2 hari yang lalu dan baru selesai di indrayen, dengan bangga dan senang hati dia pergi menyombongkan motor barunya di pacar dan teman-temannya yang ada di kota. Hari selasa adalah hari yang sering dijuluki hari kesialan dimana orang disini percaya bahwa kalau melakukan perjalanan di hari selasa akan tertimpa kesialan, dan kesialan itupun benar-benar terjadi sebelum mencapai bandara di palibelo, Bima ban motornya pecah oleh paku dan dia mampir untuk menambal bannya, temannya memperingatkan dia saat itu,
“hei viktor, hari ini hari selasa dan orang menyebutnya hari sial dan terbukti sekarang, lebih baik kita pulang sajalah mungkin ini pertanda bahwa kita dilarang untuk pergi” kata temannya,
“ah lu cemen amet sih! Gitu aja minta pulang, bencong aja ga masih kuat apa lagi lu” jawabnya,
Setelah bannya di tambal victor pun membayar ongkos tambal 5 ribu rupiah,
“uang gue tinggal 15 ribu nih, kalau gue isi bensing 10, tinggal 5 ribu, cukup ga ya buat belanja pacar gue?” katanya dalam hati,
Dan mereka pun melanjutkan perjalanannya dengan bermodalkan 15 ribu rupiah dan bensin yang hanya cukup nyampe kota saja, namun victor berniat untuk mengisi bensin di pom bensin desa Panda, namun belum juga nyampe pom bensin mereka malah di tilang polisi karena tidak memakai helm dan tak mempunyai plat motor,
“maaf mengganggu pak” kata pak polisi
“ya gak apa-apa, saya sering diganggu kok!” jawab victor,
“kenapa ga pakai helm pak, boleh saya liat SIM & STNK bapak?” lanjut pak polisi,
Dengan liciknya victor berpura-pura merogok kantung dan dompetnya,
“aduh! SIM saya ketinggalan di rumah pak, saya lupa membawanya tadi” kata victor mengelas,
“kalau begitu saya tilang motornya ya pak” kata pak polisi mengancam,
“loh! Gak boleh gitu dong pak, motor baru nih” jawab victor
“tapi surat-surat bapak tidak lengkap, tidak pakai helm, tidak pakai plat lagi, ayo ikut saya tanda tangani surat tilang” kata pak polisi,
Victor memasang muka sedih seperti orang yang tak mempunyai orang tua, dan dia pun pergi mengikuti pak polisi dan ingin mengajukan jalan damai (bayar pake uang maksudnya)
“ok, siapa nama kamu?” tanya pak polisi dengan suara lembut
“damai pak!” jawab victor
“hei saya serius nih!” jawab pak polisi dengan suara semakin keras dan pak polisi kembali menanyakan namanya “siapa nama kamu?”
“damai pak” jawab victor lagi sambil memasang muka sedihnya,
Polisi pun semakin marah dengan terus menanyakan namanya, namun dia terus menjawab dengan “damai pak”
“sekali lagi kamu jawab damai, saya tampar muka kamu” kata pak polisi dengan suara tinggi
“tampar saja pak gak apa-apa, yang penting bapak ijinkan saya pergi dengan motor saya” jawab victor tak peduli dengan ancaman pak polisi,
“kamu semakin lancang ya, walaupun kamu saya tampar juga gak akan saya kasi motor kamu” jawab pak polisi, dan temannya di belakang pun mencolek tangan victor,
“kenapa? Kenapa? Ada yang cari saya” jawab victor seakan mau mengelas,
“jawab cepat, nanti saya ga mau keluarin motor kamu” ancam pak polisi
“iya, iya pak, nama saya ahmad pak!” victor pun memberi tahu nama aslinya,
“dimana alamat kamu?” tanya pak polisi kembali,
“damai pak!” kata victor,
Pak polisi kembali menunjukkan wajah geramnya, “kamu ini mau saya penjarakan?”
“bapak mau penjarakan saya kek, mau pukul saya kek terserah bapak, asal motor saya kembali” jawab victor lagi,
“sekali lagi saya tanya, dimana alamat kamu?” kata pak polisi kembali sambil mengangkat tangannya sambil mengancam,
“iiii, iya pak, alamat saya di tonggondoa, kabupaten Bima” jawab victor dengan wajah takut,
“ok, sekarang tanda tangan di sini” kata pak polisi sambil memberikan surat tilang,
Dengan wajah takut dan tangan yang gemetaran victor mengambil pulpen dari pak polisi dan bermaksud menandatangani surat tersebut, namun dia terus saja mengulur waktu,
“damai pak” kata victor lagi dengan wajah yang sedih seolah mau menangis,
“ok, uang kamu berapa?” tanya pak polisi
“ini pak lima belas ribu” jawab victor sambil menyodorkan uang 15 ribu di depan pak polisi tersebut,
“enak aja, emang kamu kira saya baju di rombengan kamu bayar 15 ribu” jawab pak polisi,
“Cuma tinggal ini saja uang saya pak, itu pun bensin saya tinggal sedikit pak, ibu saya lagi sakit dan saya harus ke rumah sakit pak jenguk ibu saya” kata victor sambil menunjukkan muka sedih,
“kamu bohong saja, tadi kamu bilang mau ketemu teman, sekarang ibu kamu sakit” kata pak polisi,
“ayolah pak kasihani saya ga punya apa-apa” kata victor dengan sedih,
“ga bisa, pokoknya tanda tangan cepat” kata pak polisi, namun dia tak kunjung menandatangani surat tersebut dan akhirnya polisi tersebut meyerahkan victor ke temannya dan dia (polisi) pergi melanjutkan razianya di jalan, namun bukannya malah menandatangani surat, victor malah terus pergi mengikuti pantat pak polisi itu dan terus berada di belakangnya sambil menyodor-nyodorkan uang 15 ribu dengan pecahan seribu-seribu, dia berdiri di tengah jalan dengan pak polisi yang sedang melakukan razia tersebut seakan-akan seperti orang yang mengamankan jalan raya sambil terus-terusan menyodorkan uang 15 ribu itu, dan terus berkata “damai pak”.
Karena merasa resah dan malu terus di ikuti sama victor akhirnya polisi itu menerima imbalan itu,
“kamu ini ganggu saya saja… mana uangnya kasi sembunyi di belakang saya, nanti di liat sama orang lagi” kata pak polisi dengan tangan di belakang bermaksud untuk mengambil uang 15 ribu tersebut, dan victor pun memberikan uang seribu rupiah yang berjumlah lima belas lembar tersebut,
“eh, benar 15 ribu ini? Kok uang kecil semua” kata pak polisi dengan wajah yang bingung
“Cuma itu yang saya punya pak, mohon di maklumi” jawab victor,
“iya sudah pergi sana” kata pak polisi mengusir, dan victor pun pergi dengan senang hati,
Victor kembali ke rumah, dan ternyata uang yang di beri sama victor ke pak polisi tadi sebesar 5 ribu rupiah dan pak polisinya gak tau, dia kira 15 ribu karena uang tersebut belum dia hitung sebelumnya langsung di taruh di kantungnya. Sampai sekarang nama samaran si ahmad (victor) berubah menjadi Damai dan kami terus memanggilnya Damai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar